Kebudayaan
Padukuhan Gebang, yang terletak di wilayah Saptosari, Gunungkidul, menyimpan kekayaan budaya dan tradisi yang menjadi cerminan identitas masyarakatnya. Setiap ritus dan kesenian yang dijalankan merupakan warisan leluhur yang terus dijaga lintas generasi—bukan sekadar seremonial, tetapi juga perekat sosial dan spiritual warga.

Mujahadah dapat dipahami sebagai tindakan bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu atau mujahadah an-nafs. Apa arti mujahadah an nafs? Secara singkat, arti mujahadah an nafs dapat dipahami sebagai kesungguhan untuk melawan hawa nafsu dan menghindari segala perilaku yang dilarang Allah SWT. Mujahadah dapat dilakukan dengan cara berdzikir untuk mengingat Allah baik melalui lisan maupun hati. Di dalam Alquran, banyak ayat yang mengisyaratkan pentingnya seseorang bermujahadah dalam mengendalikan nafsunya. Agar amalan mujahadah semakin khusyu dan afdal, penting bagi tiap-tiap muslim mengetahui bacaan yang harus dilafalkan.

Yasinan adalah tradisi pembacaan Surat Yasin secara bersama-sama yang dilakukan oleh masyarakat Padukuhan Gebang sebagai bentuk doa dan dzikir untuk memohon keselamatan, keberkahan, serta mendoakan arwah leluhur atau anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan secara rutin setiap malam Senin atau dalam rangkaian acara tertentu seperti tahlilan, mitoni, atau syukuran keluarga.

Sholawatan beriringan gamelan merupakan bentuk unik dari tradisi sholawatan di Padukuhan Gebang, yang menggabungkan unsur keagamaan dengan kekayaan seni budaya Jawa. Dalam tradisi ini, lantunan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW dibawakan dengan iringan alat musik gamelan seperti kendang, gong, saron, dan bonang, menciptakan harmoni yang khas dan menyentuh hati.

Hadroh adalah salah satu kesenian islami yang berkembang di Padukuhan Gebang, yang menampilkan lantunan sholawat atau puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW dengan iringan alat musik rebana. Tradisi ini memiliki akar kuat dalam budaya pesantren dan menjadi media dakwah yang dikemas secara musikal dan penuh makna spiritual. Dalam pertunjukan hadroh, para pemain—baik anak-anak maupun orang dewasa—melantunkan syair-syair islami yang mengandung pesan moral, ajakan kebaikan, serta kecintaan kepada Rasulullah.

Mitoni, atau disebut juga tingkeban, adalah tradisi adat Jawa yang dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan sebagai bentuk doa dan harapan agar ibu dan calon bayi senantiasa diberi keselamatan. Di Padukuhan Gebang, mitoni menjadi bagian penting dari siklus kehidupan masyarakat yang kaya akan nilai spiritual dan budaya. Upacara mitoni biasanya diawali dengan doa-doa dan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, dilanjutkan dengan prosesi adat seperti siraman (mandi simbolis dengan air bunga), pemotongan rambut calon ibu, serta pemberian makanan tradisional seperti rujak dan tumpeng.

Puputan adalah tradisi yang dilakukan setelah bayi baru lahir mengalami puput atau lepasnya tali pusar secara alami. Di Padukuhan Gebang, puputan menjadi momen penting yang menandai fase awal kehidupan seorang bayi, sekaligus wujud rasa syukur keluarga kepada Tuhan atas keselamatan ibu dan anak. Tradisi ini biasanya disertai dengan doa bersama, pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, serta penyediaan makanan tradisional untuk dibagikan kepada tetangga atau kerabat terdekat.

Lamaran adalah salah satu tahapan penting dalam adat pernikahan masyarakat Padukuhan Gebang, di mana pihak keluarga laki-laki secara resmi datang ke rumah calon mempelai perempuan untuk menyampaikan niat melamar dan meminang secara adat dan kekeluargaan. Prosesi lamaran biasanya dilakukan dalam suasana formal namun hangat, dihadiri oleh keluarga inti dari kedua belah pihak. Rombongan pihak laki-laki membawa seserahan atau hantaran sebagai simbol kesungguhan niat. Setelah disambut oleh keluarga perempuan, acara dilanjutkan dengan penyampaian maksud, perbincangan antarorang tua, dan penentuan waktu untuk pertunangan atau pernikahan.

Memasang tarub adalah tradisi adat Jawa yang masih dilestarikan oleh masyarakat Padukuhan Gebang sebagai bagian dari persiapan hajatan, terutama pernikahan. Tarub merupakan tenda atau bangunan sementara yang dihiasi dengan janur (daun kelapa muda), umbul-umbul, dan ornamen tradisional lainnya yang dipasang di halaman rumah sebagai penanda bahwa akan diselenggarakan acara besar. Tradisi ini tidak hanya bersifat fungsional sebagai tempat berkumpulnya tamu, tetapi juga memiliki makna simbolis.

Nyadran adalah tradisi ziarah kubur yang dilaksanakan oleh masyarakat Padukuhan Gebang sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan orang tua yang telah meninggal dunia. Kegiatan ini biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadan atau pada waktu-waktu tertentu sesuai adat setempat. Dalam tradisi Nyadran, warga secara bersama-sama membersihkan makam keluarga dan leluhur, kemudian menggelar doa bersama (tahlilan) serta membawa makanan dalam bentuk berkat atau tenongan yang kemudian dibagikan kepada peserta.

Karawitan adalah seni musik tradisional Jawa yang dimainkan menggunakan seperangkat alat musik gamelan, seperti gong, kenong, saron, bonang, dan kendang. Di Padukuhan Gebang, karawitan menjadi salah satu bentuk kesenian yang masih aktif dilestarikan oleh masyarakat, baik dalam kegiatan adat, keagamaan, maupun hiburan. Pertunjukan karawitan sering mengiringi acara seperti wayang kulit, pernikahan, mitoni, khitanan, dan selamatan. Alunan gamelan yang lembut dan harmonis menciptakan suasana sakral dan khidmat, sekaligus menyampaikan nilai-nilai filosofi Jawa yang dalam.

Upacara berasal Midodareni dari kata widodari atau bisasari. Upacara Midodareni atau yang biasa disebut dengan acara Tirakatan. Midodareni dilaksanakan saat malam menjelang akad nikah Calon pengantin wanita akan tinggal di dalam kamar dan ditemani oleh sanak saudara perempuan hingga pernikahan akan dilangsungkan keesokan harinya. Jika para tamu atau orang lain ingin bertemu dengan calon pengantin, maka harus mendatangi kamar calon pengantin wanita tersebut, bahkan calon pengantin laki-laki tidak diperbolehkan untuk bertemu bahkan berkomunikasi sebelum hari pernikahannya.

Prosesi siraman ini akan dipimpin oleh sembaga, orang tua calon pengantin dan tujuh orang yang sudah berumah tangga Upacara ini dilakukan di tempat khusus yang sudah dihias dengan indah Satu persatu orang tua akan menyiram tubuh calon pengantin seraya berdoa agar kedua calon pengantin dapat mengikuti prosesi pernikahan dengan lancar dan dapat membangun rumah tangga yang baik

Upacara srah-srahan merupakan upacara adat yang dilakukan dengan cara menyerahkan barang-barang dari pihak calon pengantin laki - lakı kepada orang tua dari calon pengantin perempuan sebagai sebuah hadiah. Srah- srahan merupakan salah satu prosesi yang dilakukan sebelum pernikahan terjadi. Rangkaian acara srah-srahan merupakan tambahan dalam upacara adat pernikahan. Tujuan dari adanya srah-srahan ini adalah membantu meringankan beban calon besan dalam menggelar pesta pernikahan. Srah-srahan dapat berupa uang tunai, hasil bumi, perhiasan, hewan ternak dan lain-lain.

Upacara ini dilakukan setelah kedua pengantin bertemu Prosesi membasuh kaki pengantin laki laki yang dilakukan oleh pengantin wanita disebut dengan Wijikan. Wijikan juga disebut dengan prosesi Ranupada Kata Ranupada berasal dari kata Ranu dan Pada Ranu yang berarti air dan Pada yang artinya membasuh kaki. Dalam upacara ini. mempelai pengantin wanita akan mencuci kaki pengantin laki-laki di dalam bokor atau wadah khusus yang berisi air kembang tujuh rupa Setelah prosesi wijikan selesai dilakukan, mempelai pria biasanya akan membantu istri bangun dan mengajaknya ke kursi pelaminan Ini sebagai simbol bahwa suami juga harus menjadi pelindung serta menghargai istri yang telah berbakti padanya.

Sungkeman dilakukan setelah kedua mempelai melakukan upacara membasuh kaki. Kedua mempelai wanita dan pria bersungkem di hadapan orang tua mempelai wanita dan pria secara bergantian. Upacara ini sebagai perwujudan bakti seorang anak kepada orang tua yang telah membesarkannya hingga kini mereka menempuh kehidupan mereka yang baru Sungkeman juga merupakan permohonan restu kedua mempelai kepada orang tua agar kelak menjadi keluarga yang bahagia.